Minggu, 28 Juli 2013

STANDAR PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2.1. Pengertian
Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan dimana geometrik atau dimensi nyata jalan beserta bagian-bagiannya disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu lintas. Melalui perencanaan geometrik ini perencana berusaha menciptakan sesuatu hubungan yang baik antara waktu dan ruang sehubungan dengan kendaraan yang bersangkutan, sehingga dapat menghasilkan efisiensi keamanan serta kenyamanan yang paling optimal dalam pertimbangan ekonomi yang paling layak.Perencanaan geometrik pada umumnya menyangkut aspek perencanaan jalan seperti lebar, tikungan, landai, jarak pandang dan juga kombinasi dari bagian-bagian tersebut.Perencanaan geometrik ini berhubungan erat dengan arus lalu lintas, sedangkan perencanaan konstruksi jalan lebih bersangkut paut dengan beban lalu lintas tersebut.
Dilihat dari sudut tahapan pembangunan, perencanaan geometrik merupakan fase lanjutan dari over all plan yang selanjutnya diikuti oleh fase pembangunan. Sedangkan tujuan akhirnya adalah menyediakan jalan standar tertinggi dan sesuai dengan fungsinya.

2.2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Geometrik Jalan Raya 
Di dalam proses perencanaan geometrik, semua langkah yang akan diambil oleh seorang perencana akan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya.
2.2.1. Lalu Lintas
Masalah yang menyangkut lalu lintas meliputi :
a. Volume/jumlah lalu lintas
Untuk volume lalu lintas ini, harus diketahui sebelumnya jumlah lalu lintas per hari per tahun serta arah dan tujuan lalu lintas, sehingga diperlukan juga penyelidikan lapangan terhadap semua jenis kendaraan untuk mendapatkan data LHR.
Volume lalu lintas menyatakan jumlah lalu lintas perhari dalam satu tahun untuk kedua jurusan, yang disebut juga lalu lintas harian rata-rata (LHR).
LHR = jumlah lalu lintas dalam satu tahun
365
LHR dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Satuan mobil penumpang adalah jumlah mobil yang digantikan tempatnya oleh kendaran lain dalam kondisi jalan, lalu lintas dan pengawasan yang berlaku. LHR ini memerlukan penyelidikan lapangan selama 24 jam selama satu tahun dan dilaksanakan tiap tahun dengan mencatat tiap jenis kendaraan. Sifat lalu lintas meliputi lambat dan cepatnya kendaraan bersangkutan, sedangkan komposisi lalu lintas menggambarkan jenis kendaraan yang melaluinya.
b. Sifat dan komposisi lalu lintas
Sifat lalu lintas meliputi cepat dan lambatnya kendaraan yang bersangkutan, sedangkan komposisi lalu lintas menggambarkan jenis kendaraan yang melaluinya. Dalam penggunaannya hanya dipakai kendaraan bermotor saja yang dibagi dalam 2 kelompok

  • Kendaraan penumpang (P), termasuk jenis mobil penumpang dan truk ringan seperti pick up dengan ukuran dan sifat operasinya sesuai/serupa dengan mobil penumpang.
  • Kendaraan truk (T), termasuk truk tunggal, truk gandengan (berat kotor 3,5 ton) dan kendaraan bis.
Demikian pula untuk sifat-sifat kendaraan dari berbagai macam ukuran yang mempergunakan jalan akan mempengaruhi perencanaan geometrik, sehingga perlu memeriksa semua type dan kelas jalannya.
Adapun kelas umum dari kendaraan yang biasa dipakai adalah :

  • Kelas kendaraan penumpang
  • Kelas kendaraan truk.
Adapun sifat-sifat dari kendaraan meliputi :
  • Beratnya
  • Dimensi (ukuran)
  • Sifat operasi (cepat atau lambat)
c. Kecepatan rencana lalu lintas
Kecepatan rencana adalah kecepatan maksimum yang diizinkan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya tersebut, jika kondisi yang beragam tersebut menguntungkan dan terjaga oleh keistimewaan perencanaan jalan, dalam arti tidak menimbulkan bahaya, inilah yang digunakan untuk perencanaan geometrik. Suatu kecepatan rencana haruslah sesuai dengan tipe jalan dan sifat lapangan. Kecepatan rencana merupakan faktor utama untuk menentukan elemen-elemen geometrik jalan raya.
Dipandang dari segi mengemudi, kecepatan rencana dinyatakan sebagai kecepatan yang memungkinkan seorang pengemudi berketrampilan sedang dapat mengemudi dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca cerah, lalu lintas lengang tanpa pengaruh lain yang serius.
Kecepatan yang digunakan oleh pengemudi tergantung dari :

  • Pengemudi dan kendaraan yang bersangkutan
  • Sifat fisik jalan
  • Cuaca
  • Adanya gangguan dari kendaraan lain.
Kecepatan rencana adalah kecepatan untuk menentukan elemen-elemen geometrik jalan raya, seperti jari–jari lengkung, super elevasi dan jarak pandang langsung yang bersangkutan dengannya. Penampang seperti lebar jalan atau jumlah jalur mempengaruhi kecepatan. Oleh karena itu penampang dan kecepatan rencana harus direncanakan secara bersama. Dipandang dari segi pengemudi, kecepatan rencana dinyatakan sebagai kecepatan yang memungkinkan seorang pengemudi untuk mengemudikan kendaraan dengan aman dan nyaman dalam kondisi keadaan cerah, lalu lintas lengang dan tanpa pengaruh lain yang serius.

Tabel Kecepatan Rencana
K e l a s 1 1 & 2 3 3 & 4 4 & 5 5
Kecepatan Rencana (km/jam) 80 60 50 40 30 20

Dipandang dari kondisi lingkungan pada umumnya peran jalan raya dan karakteristik fisik kendaraan yang menggunakan jalan raya, kecepatan rencana maksimum 80 km/jam adalah layak bagi jalan raya tanpa pengawasan jalan masuk. Kecepatan rencana minimum 30km/jam merupakan volume lalu lintas rencana rendah. Kecepatan rencana 80–30 km/jam cocok untuk jalan kelas 1–5, untuk kondisi kelas 5 cocok untuk lalu lintas yang cukup rendah dan kondisi medan curam.

2.2.2. Keadaan Topografi 
Topografi merupakan faktor-faktor penting dalam menentukan lokasi jalan dan pada umumnya mempengaruhi alinemen sebagai standar perencanaan geometrik seperti landai jalan, jarak pandang, penampang melintang dan lain-lain. Untuk memperkecil biaya pembangunan jalan maka standart perencanaan geometrik perlu sekali disesuaikan dengan topografi dan keadaan fisik serta penggunaan daerah yang dilaluinya. Misalnya keadaan tanah dasar yang kurang baik dapat memaksa perencana untuk memindahkan trase atau mengadakan timbunan yang tinggi (elevated high way) dan hal ini juga dapat terjadi bila terdapat tanah dasar dengan permukaan air tanah yang tinggi. Berdasarkan hal ini jenis medan dibagi menjadi 3 golongan umum berdasarkan besarnya kelerengan melintang dalam arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan.
Klasifikasi medan dan besarnya kelerengan melintang

Golongan medan

  • Datar (D)
  • Bukit (B)
  • Gunung (G) Lereng melintang
0 sampai 9,9 %
10 sampai 24,9 %
25 % keatas

Adapun pengaruh medan meliputi hal-hal seperti :

  • Tikungan, jari-jari tikungan dan pelebaran perkerasan diambil sedemikian rupa sehingga terjamin keamanan jalannya kendaraan dan pandangan bebas yang cukup luas.
  • Tanjakan, adanya tanjakan yang cukup curam dapat mempengaruhi kecepatan kendaraan dan tenaga tariknya tidak cukup, maka berat muatan kendaraan harus dikurangi yang berarti mengurangi kapasitas angkut dan sangat merugikan. Karena itu diusahakan supaya tanjakan dibuat landai.
  • Bentuk penampang melintang jalan.
  • Trase.
2.2.3. Kapasitas Jalan 
Kapasitas jalan berarti kecepatan arus kendaraan maksimum layak diperkirakan akan melintasi suatu titik atau ruas jalan atau daerah manfaat jalan atau selama jangka waktu tertentu pada kondisi jalur lalu lintas, pengawasan dan lingkungan ideal, dinyatakan dalam banyaknya kendaraan per jam. Kapasitas jalan terbagi atas tiga golongan :

  • Kapasitas dasar (ideal capacity), yaitu kapasitas jalan dalam kondisi ideal, yang meliputi :
- Lalu lintas mempunyai ukuran standart
- Lebar perkerasan ideal : 3,6 m
- Lebar bahu : 1.3 m dan tak ada penghalang
- Jumlah tikungan dan tanjakan sedikit.

  •  Kapasitas rencana (design capacity), yaitu kapasitas jalan untuk perencanaan yang dinyatakan sebagai jumlah kendaraan yang melalui suatu tempat dalam satu satuan waktu (jam).
  • Kapasitas mungkin (possible capacity), yaitu jumlah kendaraan yang melalui titik pada suatu tempat dalam satuan waktu dengan memperhatikan percepatan atau perlambatan yang terjadi pada jalan tersebut.
2.2.4. Faktor Keamanan
Karena pada jalan raya kita berhadapan dengan manusia dan kendaraan, tentu saja perencanaan geometrik jalan raya ditunjukkan terhadap efisiensi, keamanan dan kenyamanan. Faktor kecepatan kendaraan merupakan faktor keamanan sehingga dalam perencanaan harus diberikan suatu penampang batas kecepatan untuk mendapatkan keamanan yang tinggi.

2.2.5. Analisa Untung Rugi 
Analisa ini diperlukan untuk membuat trase jalan (garis tujuan) yang didasarkan atas :

  • Biaya pembangunan
  • Biaya pemeliharaan
  • Biaya operasi jalan yang menyangkut bahan bakar, bahan pelumas ataupun pemeliharaan kendaraan yang bersangkutan.
Dengan adanya analisa inilah suatu trase dibuat sependek mungkin dan diusahakan lurus. Bila segi pembiayaan terbatas maka jalan diusahakan mengikuti permukaan tanah asli sehingga tidak banyak galian dan timbunan. Bila dilihat dari segi kemampuan kendaraan, maka :
  • Perlu pembatas dari segi kemampuan kendaraan yang lewat
  • Pembangunan disesuaikan dengan klasifikasi lalu lintas (volume dan kapasitas).

2.3. Jarak Pandang
Jarak pandang adalah panjang bagian suatu jalan di depan pengemudi yang masih dapat dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi. Kemungkinan untuk melihat ke depan adalah faktor penting dalam suatu operasi di jalan agar tercapai keadaan yang aman dan efisien. Untuk itu harus diadakan jarak pandangan yang cukup panjang, sehingga pengemudi dapat memilih kecepatan kendaraan terbaik dan tidak menghantam benda yang tak terduga di atas jalan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jarak pandangan adalah:

  • Waktu PIEV (Percepatan, Intellection, Emotion, Volition), adalah waktu sadar dan reaksi dari masing-masing pengemudi.
  • Waktu yang diperlukan untuk menghindari bahaya dalam keadaan tertentu yang beresiko terhadap keselamatan.
  • Kecepatan kendaraan.
2.3.1. Jarak Pandang Henti
Jarak pandang henti adalah jumlah dua jarak, dimana jarak yang dilintasi kendaraan sejak saat pengemudi melihat suatu objek yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat rem diinjak dan jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak penggunaan rem dimulai. 
Jarak pandang henti merupakan gabungan dari:

  • Jarak PIEV, adalah jarak yang ditempuh kendaraan dari saat pengemudi melihat suatu penghalang sampai saat pengemudi mulai menginjak rem.
  • Jarak mengerem, adalah jarak yang diperlukan untuk menghentikan kendaraan dengan menggunakan atau memakai rem.
Besarnya jarak PIEV dapat ditentukan dengan rumus:
dp = 0,278 V t
dengan: dp = jarak PIEV (meter)
V = kecepatan rencana (km/jam)
t = waktu PIEV (detik)
Dalam penentuan jarak mengerem, gesekan antara rem dan tromolnya atau gaya mekanisme rem dianggap cukup besar. Untuk daerah datar, jarak mengerem dapat ditentukan dengan rumus :
dr = V2 / 254 fn
dengan : dr = jarak mengerem (meter)
V = kecepatan awal (km/jam)
fn = koefisien gesekan normal antara ban dengan permukaan gesekan
Untuk daerah-daerah dengan kelandaian tertentu digunakan rumus :
dr = V2 / 254 (fn  l )
dimana : l = besarnya landai jalan, tanda (-) untuk penurunan, sedangkan tanda (+) untuk pendakian
Jadi rumus untuk jarak pandang henti adalah :

D = dp + dr

Gabungan dari rumus di atas adalah :

D = ( V/3,6)t + (V/3,6)2 / 2gf

Dimana : D = jarak pandang henti minimum (m)
V = kecepatan rencana
t = waktu tanggap (detik) = 2,5 detik
g = percepatan grafitasi = 9,81 m / detik2
f = koefisien gesekan membujur = 0,3 – 0,4
Jarak pandang henti juga merupakan hal yang menonjol untuk keamanan dan kenyamanan pengemudi. Meskipun sebaiknya panjangnya diambil lebih besar, jarak pandang di setiap titik sepanjang jalan raya sekurang–kurangnya harus memenuhi jarak yang diperlukan oleh rata–rata pengemudi atau kendaraan untuk berhenti.
Jarak pandangan henti minimum untuk kecepatan tertentu dapat dilihat pada tabel berikut :

Kecepatan rencana (km/jam) 80 60 50 40 30 20
jarak pandangan henti minimum (m) 120 75 55 40 25 15

2.3.2. Jarak Pandang Menyiap 
Jarak pandang menyiap adalah panjang bagian suatu jalan yang diperlukan oleh pengemudi suatu kendaraan untuk melakukan gerakan menyiap kendaraan lain yang lebih lambat dan aman. Faktor – faktor yang mempengaruhi :

  • Kecepatan kendaraan yang bersangkutan
  • Kebebasan
  • Reaksi
  • Kecepatan pengemudi
  • Besar kecepatan maksimum kendaraan
Besar atau panjangnya jarak pandang menyiap dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
D = d1 + d2 + d3 + d4

Dimana :
D = jarak pandang menyiap (m)
d1 = jarak pandang PIEV (Percepatan, Intellection, Emotion, Volition )
= 0,278 t1 (V - m + (at1/2))
d2 = jarak yang ditempuh dalam penyiapan
= 0,276 V t2
d3 = jarak bebas
= (30 – 100)m
d4 = jarak yang ditempuh dari arah lawan
= 2/3 d2 
Catatan : 
V = kecepatan rata–rata kendaraan menyiap
t1 = waktu PIEV
m = perbedaan kecepatan kendaraan yang disiap dan menyiap = 15 km/ jam
t2 = waktu kendaraan menyiap berjalan dijalan kanan 
Jarak pandangan menyiap secara umum dibagi 2 :
* jarak menyiap total : D = d1 + d2 + d3 + d4
* jarak menyiap minimum : Dm = d2 + d3 + d4 
Pembagian jarak pandang menyiap di atas secara tabelaris dilihat sebagai berikut :
kecepatan rencana (km/jam) 80 60 50 40 30 20
jarak pandangan menyiap total 550 350 250 150 150 100
Jarak pandangan minimum yang diperlukan 350 250 200 150 100 70

Pengaruh landai jalan :
Pada pendakian jalan diperlukan jarak yang lebih besar, karena berkurangnya percepatan dan kendaraan menyiap dan sering kendaraan yang mendatang lebih mempercepat kendaraannya. Pada penurunan jalan terjadi sebaliknya.

Jika anda tertarik menjadi teknisi komputer dan sekaligus menjadi pengusaha refill tinta printer..tidak perlu kursus..! hanya paket buku ini yang anda perlukan. Ebook ini lengkap menjelaskan tentang panduan perbaikan komputer, dan cara refill tinta cartridge serta perlengkapan yang dibutuhkan untuk usaha refill tinta printer di sini   «« masuk aja.

PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN RAYA

PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN RAYA

   Pembangunan merupakan salah satu faktor terbentuknya daerah yang berkelanjutan menjadi wilayah dan kemudian membentuk negara, yang dilakukan secara terarah, terpadu dan berkesinambungan. Berbagai jenis pembangunan terus dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas masyarakat seperti pembangunan ekonomi, politik, infrastruktur, dan lain-lain
Setiap pembangunan membutuhkan perencanaan yang tepat dan terkendali agar pembangunan dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang sesuai. Perencanaan tersebut meliputi perencanaan gambar, pengadaan, penyusunan RAB (Rencana Anggaran Biaya), survei lokasipelaksanaan pembangunan.

   Perencanaan dan pembangunan jalan raya termasuk jenis pembangunan infrastruktur dimana berfungsi sebagai pemenuhan salah satu kebutuhan masyarakat yang meliputi proses pembukaan ruangan lalu lintas untuk menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan terowongan, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan (Ini mungkin melibatkan penebasan hutan).

      Sebelum saya menjelaskan mengenai teknik perencanaan dan pembangunan jalan raya, terlebih dahulu saya akan menjelaskan mengenai sejarah pembangunan jalan raya yang sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan terlebih-lebih setelah menemukan kendaraan beroda diantaranya berupa kereta yang ditarik kuda. Hampir semua peradaban tidak terlepas dari keberadaan jalan raya tersebut. Salah satu sumber mengatakan bahwa jalan raya muncul pada 3000 SM. Jalan tersebut masih berupa jalan setapak dengan kontruksi sesuai dengan kendaraan beroda padaknya diduga antara masa itu. Letaknya diduga antara pegunungan Kaukasus dan Teluk Persia.

Tahap perencanaan jalan raya yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan gambar
        Diperlukan untuk mengetahui bentuk serta tata letak jalan yang akan dibangun, serta 
    mempermudah dalam proses konstruksi, sebab pembangunan tanpa petunjuk berupa gambar maka
    tidak akan terlaksana dengan baik dan seringkali menyebabkan kerugian. Perencanaan gambar
    meliputi:
    - Gambar konstruksi 

      
   - Gambar Potongan Melintang

     
 - Gambar Situasi

 2. Pegadaan 
     Pengadaan merupakan pelengkap penting dalam pembangunan.Pengadaan dapat terbagi menjadi 2
     yaitu: 
      - Pengadaan Alat
Excavator


Buldozer
       
Tandem Roller
   
Asphalt Finisher
        - Pengadaan Bahan
              Untuk melaksanakan pembangunan maka pengadaan bahan diperlukan terlebih dahulu untuk
          merencanakan anggaran biaya yang akan dikeluarkan untuk suatu proyek serta pelaksanaan
          pembangunan, bahan-bahan yang diperlukan berupa asphalt, kerikil, semen, pasir, batu kali,
          sirtu, dan batu pecah.

3. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
        Rencana anggaran biaya merupakan perhitungan biaya bangunan berdasarkan gambar bangunan
   dan spesifikasi pekerjaan konstruksi yang akan dibangun, sehingga dengan adanya RAB dapat
   dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan. Berikut adalah contoh RAB untuk pembangunan
   jalan raya:

   
4. Survei Lokasi
        Survei merupakan pengamatan yang dilakukan langsung pada lokasi yang akan dibangun suatu
   bangunan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai baik buruknya lokasi tersebut. Survei
   dilakukan sebelum melaksanakan pembangunan karena hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
   pertimbangan untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan untuk pembangunan tersebut. 

5. Pelaksanaan pembangunan 
       Pelaksanaan pembangunan merupakan tahapan konstruksi untuk menghasilkan wujud nyata dari
    berbagai tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Konstruksi jalan raya meliputi berbagai 
    tahapan pula yaitu seperti :
    - Pembersihan lahan
          Pembersihan ini bertujuan untuk mempermudah proses konstruksi dengan cara
    membersihkan dari sampah maupun pepohonan untuk kemudian diratakan. Pengerjaan ini dapat
    dilakukan dengan bantuan alat berupa Excavator.
    - Perataan tanah
           Dengan menggunakan alat berupa Buldozer maka tanah dapat dengan mudah diratakan.
    - Penghamparan material pondasi bawah
           Penghamparan material pondasi bawah berupa batukali menggunakan alat transportasi dump
      truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan alat Tandem roller , kemudian
      dilakukan lagi pada saat penghamparan lapis pondasi atas danlapir permukaan.
    - Penghamparan lapis asphalt
           Penghamparan asphalt dilakukan dengan menggunakan alat berupa Asphalt finisher untuk
      asphalt yang sudah terlebih dahulu dipanaskan hingga mencair.
    - Pemadatan jalan
           Setelah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang sudah diukur
      menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan dengan
      Buldozer hingga memenuhi kepadatan dan elevasi yang direncanakan.
    - Finishing pemadatan dan perataan jalan raya
           Finishing merupakan tahap akhir konstruksi jalan yang dilakukan dengan menggunakan alat 
      Peneumatic roller.

Cara Membuat Batu Bata

                           Cara Membuat Batu Bata



Bahan baku-Tanah Liat -Air -Abu sisa dari pabrik gula Alat –alat-Cangkul -Pencetak Batu Bata -Mesin Penggiling batu bata                                                                            -Mesin Pembakar / Tungku Pembakaran -                                                                                 Kayu Bakar / batu bara





1. Pertama – tama semua bahan – bahan seperti tanah , abu sisa gula di campur / di aduk         menggunakan cangkul, dengan perbandingan 1 : 4 bagian tanah ,kemudian di lumatkan  dengan air hingga menjadi adukan. Kemudian adukan tadi dipadatkan kedalam mesin    penggiling. 2. kemudian bahan yang sudah jadi di cetak menggunakan cetakan yang sudah tersedia           dengan ukuran 6 cm x 10 cm x 20 cm 3. Kemudian batu bata yang masih basah di susun memanjang dan melebar sesuai                   kapasitas tempat. 4. setelah disusun batu bata tersebut di jemur untuk di keringkan, proses pengeringan               waktunya 1 hari bila keadaan cuaca panas, tapi jika keadaan cuaca hujan atau mendung       bisa memakan waktu 5 hari atau lebih. Tujuan di keringkan supaya daya ikatan bahan           tanah kuat dan tidak mudah patah. 5. setelah batu bata tadi benar-benar kering maka batu bata kering tersebut dibakar selama     dua hari dua malam di sebuah ruangan ,atau di sebut Open batu bata yang ruang                 pembakarannya bisa menampung 100.000 bata. Bahan bakarnya berupa kayu bakar atau     menggunakan batu bara. Proses pembakaran biasanya dilakukan sebulan sekali,                   menunggu terkumpulnya batu bata kering. Biasanya memerlukan 3 tenaga pekerja untuk       mengawasi proses pembakaran. 6. Setelah dibakar kemudian di dinginkan, barulah batu bata siap dijual, biasanya banyak           orderan dari pihak mebel dan pembeli perorangan, dan harga ditentukan sendiri                     tergantung pengeluaran tapi dia lebih murah dari batako karena biaya pencetakkannya         tidak terlalu mahal dan mengunakan alat tradisional.
hi teman pakabar nie... kali ini aku mau berbagi cara membuat batu bata tradisional ia chapa tau ada manfaatnya...dan chapa tau ada yang pengen tau cara membuat batu bata saya hanya mensurvei dan tanya tentang cara bikin bata,.... ahirnya aku juga bisa mendokumentasikan nya dan bisa membagi keteman-teman yang ingin mencetak batubataSemoga ini bermanfaat Untuk teman-teman semuanya.... oke langsung aza.... lanjutttt......!!!!!Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding.Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah merahan…seiring perkembangan teknologi makin maju kini tersedia mesin cetak batu bata yang mampu mencetak lebih banyak dan lebih cepat…Disini aku akan membahas bagaimana cara membuat batu bata Tradisional yang saya Pernah lihat langsung ditempatnya yaitu cukup dengan alat cetak yang terbuat dari kayu.
Langkah – langkah membuat batu bataYang pertama yang di persiapkan adalah :  Pilih lokasi dan cek tanah apakah tanah tersebut memenuhi sarat untuk menghasilkan batu   bata berkualiatas baik,
Langkah Kedua  siapkan alat – alat untuk membuat batu bata A.Alat cetak yang terbuat dari kayu,            Alat cetak yang terbuat dari kayu ini Panjang 22 cm lebar 11 cm pada umumnya alat               cetak ini memiliki 2 kolom,

                                  

 B. Cangkul



Cangkul ini berpungsi untuk menggalih tanah dan mengolah atau mengaduk tanah,,
Tanah yang buat bakal batu bata perlu di cangkul, di olah di aduk sebelum di cetak. Tujuan utama agar tanah ini bisa di cetak dalam alat cetak,
 C.  Ember

Ember ini berpungsi untuk mengambil air atau membawa tanah yang sudah di olah, ketempat penyetakan batu bata,

D .  Plastik
Plastik ini berpungsi untuk menutupi batu bata yang sudah di cetak .. untuk menghindari gunyuran air hujan,.. batu bata yang baru aja di cetak bila terkena air hujan ini bisa merusak batu bata.. dan akan memperlambat keringnya batu bata.,
E. Golok
Golok ini berpungsi untuk merapikan sisi –sisi batu bata.
Batu bata yang sudah setengah kering ini pada umumnya di angkat dari tempat penyetakan lalu di rapikan sisi - sisi batu bata agar terliat lebih rapi..

 
Selanjutnya masuk ketahap pengeringan ke dua. Setelah batu bata Di rapikan masih ada tahap selanjutnya.. 
Di anyam tujuan utama di anyam agar batu bata ini terliat lebih rapi dan bisa mempercepat pengeringan batu bata dan tidak memakan banyak tempat,
                                                                     gambar anyaman batu bata


 F.       KAYU
kayu ini berfungsi untuk membakar batu bata,,, seberapa banyak kayu yang di butuhkan ini tidak bisa di tertukan, tergantung seberapa banyak batu bata yang akan di bakar....
kurang lebih untuk batu bata 10.000 biji , membutuhkan 3 truk kayu bakar,, kayu yang bakal buat batu bata sembarang kayu... apa oke... 


                                                   kayu bakar
Selanjutnya sekiranya sudah cukup banyak batu bata yang sudah kering
Masuk ketahap pembakaran batu bata
Sebelum batu bata di bakar lakukan penganyaman batu bata, hal seperti ini biasanya membutuhkan banyak tenaga kerja tujuan utama agar mempercepat penganyaman batu bata atau biasa disebut juga Pengejipan batu bata ,


                                                            penganyaman
 penganyaman batu bata atau juga biasa di sebut pengejipan ini ada beberapa cara...
saya sendiri menggunakan dua cara penganyaman / pengejipan,,niatnya mau aku update potonya tapi kemaren bakar batu bata lupa ngga ngambil potonya setelah batu bata kelar di anyam siap untuk melakukan pembakaran 
 pembakaran ini memakan waktu kuarng lebih 12 jam... setelah rasanya sudah cukup tutup batu bata dengan derami jangan sampe ada yang terbuka agar batu bata ini matang dengan sempurna... silahkan cek tiga hari kemudian batu    bata sudah dingin....


                 Cara membuat Batu Bata Merah

Proses produksi batu bata merah, sebagai berikut:


1. Tanah liat yang masih keras disiram air secukupnya.
2. Setelah lunak diaduk dengan cangkul kemudian dimasukan kedalam pencetak.
3. Lempung yang telah lembut segera dicetak.
4. Setelah dicetak kemudian dikeringkan uap airnya selama sehari dalam oven pengering.
5. Setelah uap air mengering kemudian batu bata merah setengah jadi tersebut dibakar dengan suhu lebih    dari 1000 ° C (1800 °F) didalam oven pembakar yang menggunakan berambut atau kayu bakar            selama kurang lebih 5 hari.



                                    Kelemahan dan Kelebihan Bata

Dibandingkan dengan batu, bata mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut ini:

1. Batu bersifat sangat kuat, awet dan lebih tahan cuaca daripada bata. Oleh karena itu maka pada struktur yang menahan beban berat lebih baik dipakai batu daripada bata merah.

2. Pasangan batu dapat dibuat tanpa plester penutup karena tahan cuaca dan tidak menyerap air, akan tetapi tidak demikian jika pasangan dibuat dari bata merah.

3. Bata merah lebih tahan bakar daripada batu, oleh karena itu lebih baik dipakai bata merah jika membuat struktur tahan api

4. Bata merah mudah menyerap air daripada batu, oleh karena itu jangan dipakai untuk struktur bawah air. Bata akan mudah rusak bila kandungan garam dalam air ikut terserap dalam bata.

5. Tembok bata lebih mudah dibuat tinggi karena bata lebih ringan daripada batu. Untuk membuat tembok batu diperlukan tenaga tukang yang lebih mahir.

6. Karena batu berat jenisnya tinggi, maka ongkos angkut ketempat pekerjaan mahal, adapun bata lebih murah. Bila letak sumber batu terlalu jauh, maka tentu lebih baik membuat bata daripada mendatangkan batu.

7. Karena bentuknya prismatic maka tembok bata hanya membutuhkan mortel sedikit saja. Hal yang demikian tidak terjadi pada dinding yang terbuat dari batu.

Tampak bahwa antara batu dan bata merah terdapat kelebihan dan kelemahannya masing-masing sehingga tidak mutlak lebih baik satu dari yang lain, oleh karenanya harus dipakai sesuai dengan sifat-sifat masing-masing.



Persyaratan

Beberapa persyaratan bata untuk bangunan yang harus dipenuhi menurut SII-0021-78 dan PUBI-1982 yaitu:


1. Bentuk standar bata ialah prisma segi empat persegi panjang, bersudut siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak retak-retak.


2. Ukuran standar:

    Modul M-5a : 190 x 90 x 65 mm

    Modul M-5b : 190 x 140 x 65 mm

    Modul M-6 : 230 x 110 x 55 mm


3. Bata dibagi menjadi 6 kelas kekuatan yang diketahui dari besar kekuatan tekannya yaitu kelas 25, kelas 50, kelas 150, kelas 200 dan kelas 250. 


4. Bata merah tidak mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya sehingga pengkristalannya (yang berupa bercak-bercak putih) menutup lebih dari 50% permukaan batanya.